SANTAPAN HARIAN KELUARGA, SABTU, 31 AGUSTUS 2024 : KEJADIAN 4 : 1 - 16

#shkgpmedisi31agustus2024, Kejadian 4 : 1 - 16 - Harga Diri: Sebuah Kemewahan
Kebudayaan manusia sejak Penciptaan, terus mengalami perkembangan atau kemajuan dalam perdaban. Dalam Kitab Kejadian misalnya, kita temukan perkembangan itu dimulai dengan telanjang, lalu ia berpakaian untuk menutupi ketelanjangannya hingga manusia perlu menghias dirinya dengan ornamen–ornamen untuk makin menutupi ketelanjangannya dengan harga diri.
Bacaan kita hari ini secara umum menggambarkan kepada kita bahwa harga diri itu mahal. Mengapa mahal? Karena harga diri didapatkan dengan harga darah. Bukankah sesuatu yang indah ketika Hawa melahirkan anak–anaknya? Pertama, lahirlah Kain, kemudian Habel menyusul. Ketika Kain lahir, Hawa sungguh-sungguh memuji Tuhan karena anak yang dilahirkan itu. Ia berkata: Aku telah mendapatkan seorang anak laki-laki dengan pertolongan Tuhan. Bahwa hukuman yang harus diterima Hawa membayanginya. Bahwa dengan susah payah engkau akan mengandung dan melahirkan. Maka betapa Hawa bersukacita sebab Tuhan bahkan masih menolongnya melewati masa susahnya itu. Hawa di hukum atas perbuatannya tetapi Tuhan menghukumnya degan cinta kasih.
Setelah kedua anak itu dilahirkan, mereka kemudian mempersembahkan korban. Habel membawa korban terbaik, dari hasil pertama yang dikerjakannya. Tidak demikian dengan Kain. Tidak ada indikasi bahwa Kain membawa hasil sulung dari apa yang diusahakannya. Yang tercatat dalam kitab hanyalah Tuhan menganggap baik apa yang diberikan Habel dan tidak menerima apa yang diberikan Kain. Tetapi kalau membaca ayat 3 - 7 maka itu sangat berhubungan dengan roh yang keliru dalam memberi persembahan. Motivasi Kain tidak benar. Kain tidak datang dengan kerendahan diri dan penuh penyembahan dan barangkali persembahannya lebih murah dari harga persembahan yang sesungguhnya sebagaimana yang diatur dalam Imamat 2 : 1 - 2, yaitu korban persembahan itu harus yang terbaik.
Apa yang dilakukan Kain tidak diterima Tuhan. Penolakan Tuhan itu menyakitkan hatinya. Kain tak mampu menahan emosi dan kebenciannya. Harga dirinya terlalu tinggi untuk membiarkan seorang Habel hidup. Maka pembunuhan pertama terjadi dalam sejarah manusia. Kain membunuh Habel, adiknya karena sakit hati, emosi dan demi harga diri. Demikianlah penyebab berbagai macam pembunuhan (fisik dan atau karaktek) atau berbagai macam kejahatan lainnya. Atas nama sakit hati, orang mencinderai, orang melukai dan membunuh orang lain. Oleh karena emosi, banyak orang menjadi terluka, tersakiti, terciderai dan terbunuh. Dan, demi harga diri, rusak dan hancur hubungan-hubungan persaudaraan yang telah dibangun dengan cintah kasih.
Ketika Tuhan bertanya: Di mana adikmu Habel? Kain menjawab Tuhan seenaknya. Tidak ada kasih melainkan iri hati dan kebencian. Kehidupan di luar Eden memang sudah berbeda. Kain tak bisa lari dari kenyataan. Disertai jaminan penyertaan Tuhan, pakaian Kain dilumuri dengan harga diri yang membuatnya miskin.
Tuhan membentuk institusi keluarga dengan tujuan supaya setiap anggota keluarga dapat merasakan cinta kasih dan kehadiran Allah. Tuhan juga ingin menjadikan setiap keluarga orang percaya sebagai bagian dari karya agungNya. Namun hal itu hanya dapat tercapai apabila setiap anggota keluarga menerima satu sama lain dengan cinta kasih dan ketulusan dan bukan sebaliknya, hidup dalam kecemburuan dan iri hati seperti yang terjadi pada Kain terhadap adiknya Habel.
Atas nama apapun, Cinta kasih itu harus tumbuh dalam relasi antar sesama anggota keluarga, antar sesama orang bersaudara. Kering dan memudarnya cinta kasih justru menimbulkan banyak masalah dalam keluarga hingga berujung pada keretakan, kerusakan dan kehancuran relasi-relasi yang semestinya dibangun dengan harmonis sebagai rasa syukur dan hormat kepada Tuhan yang telah
Biarlah setiap keluarga Tuhan diberkati untuk terus menumbuhkan cinta yang utuh di dalam kebersamaan dan saling menopang untuk berjalan dalam kasih.
Doa : Tuhan Yesus, tolonglah kami untuk hidup sebagai orang saudara yang penuh cinta kasih. Amin.